Senin, 31 Agustus 2015

APA ITU IBADAH?


 العبادة اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال  الباطنة والظاهرة
Ibadah adalah satu kata yang mencakup segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik itu perkataan maupun perbuatan, perkara batin maupun zahir.
Asy-Syekh Al-Imam Al-‘Allamah Sang Penghidup Sunnah dan Pembunuh Bid’ah Abul ‘Abbas Ahmad bin Taimiyyah ditanya tentang firman-Nya ‘Azza wa Jalla(yang artinya), “Wahai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian!”, “Apakah ibadah itu; apa pula cabang-cabangnya? Apakah seluruh  bagian agama termasuk ibadah atau tidak? Apakah hakikat ibadah dan apakah ibadah menempati kedudukan tertinggi atau masih ada lagi kedudukan lebih tinggi di atasnya? Mohon jelaskan kepada kami pendapat tentang masalah tersebut.”
Beliau menjawab, “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam. Ibadah adalah satu kata yang mencakup segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik itu perkataan maupun perbuatan, perkara batin maupun zahir. Dengan demikian, mendirikan shalat, berzakat, berpuasa, berhaji, ucapan yang jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan berbuat ma’ruf, mencegah kemungkaran, jihad melawan kaum kafir dan kaum munafik, berlaku baik terhadap tetangga maupun anak yatim dan orang miskin juga dalam kepemilikan atas manusia dan hewan ternak, berdoa, berzikir, membaca Al Quran, dan hal semisal itu merupakan bentuk-bentuk ibadah.
Demikian pula, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, bertaubat kepada-Nya, memurnikan agama hanya untuk-Nya, sabar atas ketetapan-Nya, bersyukur atas segenap nikmat-Nya, ridha atas keputusan-Nya, bertawakal kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, takut akan azab-Nya, serta contoh semisal itu merupakan bentuk-bentuk ibadah kepada Allah.
Beribadah kepada Allah merupakan puncak tujuan yang dicintai Allah dan diridhai-Nya; yang merupakan tujuan penciptaan alam semesta. Sebagaimana firman-Nya Ta’ala (yang artinya), ‘Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.’ Pesan ini dibawa seluruh rasul yang diutus, sebagaimana ucapan Nuh kepada kaumnya, ‘Sembahlah Allah yang tiada sesembahan bagi kalian selain Dia.’ Begitu pula perkataan Hud, Shalih, Syu’aib, dan ucapan selain mereka.
Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan sungguh Kami telah mengutus rasul bagi tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu,’ maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.’
Dan Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan tidak Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Aku maka beribadahlah kepada-Ku.’
Dan Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.’
Sebagaimana dalam ayat yang lain (yang artinya), ‘Wahai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shaIih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui setiap hal yang kamu kerjakan.’
Dia menjadikan hal tersebut sebuah kepastian bagi para rasul-Nya hingga maut menjemput, sebagaimana firman-Nya (yang artinya), ‘Sembahlah Rabbmu hingga suatu hal yang pasti (ajal) mendatangimu.’
Dengan yang demikian ini, Dia menyifatkan para malaikat dan para nabi-Nya. Kemudian Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.’
Dan Dia Ta’ala berfirman (di akhir surat Al-A’raf) (yang artinya), ‘Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka menasbihkan-Nya, dan hanya kepada-Nya-lah mereka bersujud.’
Dia mencela orang-orang sombong melalui firman-Nya (yang artinya), ‘Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”
Dan Dia menyifati hamba-Nya pilihan dengan sifat penghambaan kepada-Nya. Dia Ta’ala berfiman (yang artinya), ‘(Yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya.’
Dan Dia berfirman (yang artinya), ‘Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. Apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.’
Ayat yang mengisahkan perkataan setan (yang artinya), ‘Oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.’
Dan Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.’
Dan Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak,’ Mahasuci Allah! Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.’
Dan Dia Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar; hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan bahwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak….’
‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.’
Dan Dia Ta’ala berfirman tentang Al-Masih yang dianggap sebagai tuhan sekaligus nabi (yang artinya), ‘Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.’
Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih (yang artinya), ‘Jangan menyanjungku sebagaimana orang-orang nasrani memuja-muji ‘Isa bin Maryam. Sungguh aku ini hanya seorang hamba maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Allah menyebut nabi-Nya dengan kata ‘hamba’ untuk kondisi-kondisi beliau (nabi) yang sempurna
Dia berfirman tentang peristiwa Isra’ (yang artinya), ‘Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.’
Allah berfirman mengenai wahyu-Nya (yang artinya), ‘Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) sesuatu yang telah Allah wahyukan.’
Dia berfirman tentang dakwah nabi (shalat beliau di bawah kurma), ‘Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah) hampir saja jin-jin itu berdesak-desakan mengerumuninya.’(karena mendengarkan bacaan shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Dan Dia berfirman mengenai tantangan kepada makhluk-Nya untuk membuat Al Quran (yang artinya), ‘Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu.’”

APA ITU TA'ARUF?


Secara bahasa ta’aruf bisa bermakna ‘berkenalan’ atau ‘saling mengenal’. Asalnya berasal dari akar katata’aarafa. Seperti ini sudah ada dalam Al-Qur’an. Simak saja firman Allah (yang artinya),
“Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arofu) …” (QS. Al Hujurat: 13).
Kata li ta’aarafuu dalam ayat ini mengandug makna bahwa, aslinya tujuan dari semua ciptaan Allah itu adalah agar kita semua saling mengenalyang satu terhadap yang lain. Sehingga secara umum, ta’aruf bisa berarti saling mengenal. Dengan bahasa yang jelas ta’aruf adalah upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian yang lain.
Jadi, kata ta’aruf itu mirip dengan makna ‘berkenalan’ dalam bahasa kita. Setiap kali kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga kita, orang baru atau sesama penumpang dalam sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai ta’aruf. Ta’aruf jenis ini dianjurkan dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama muslimuntuk mengikat hubungan persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan kalau perkenalan itu terjadi antara dua orang berlawanan jenis, yaitu pria dengan wanita. Untuk itu umat islam sudah menganjurkan memberlakukan hijab bagi wanita muslimah, yang bukan hanya berarti selembar jilbab dan baju kurung yang menutupi tubuhnya dari pandangan pria yang bukan mahram, tapi juga melindungi pergaulannya dengan lawan jenis yang tidak diizinkan syari’at. Contoh dari pergaulan yang tidak diizinkan syari’at ini ialah berduaan atau bercampur-baur antara beberapa orang yang berlainan jenis dalam satu tempat secara berbauran, pergi bersama pria yang bukan mahram, dan berbagai hal lain yang dilarang syari’at. Semua itu tidak otomatis menjadi halal bila diatasnamakan ta’aruf.
Ta’aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas-batas yang tidak melanggar aturan islam itu sendiri. Kalau dalam soalan makan, minum dan berpakaian saja islam memiliki aturan yang harus dijaga, misalnya tidak sembarang makan dan minum itu halal, dan tidak sembarang pakaian boleh dipakai, maka untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenelan, adab mengenal sesama muslim, juga memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi jangan sekali-kali mencampuradukkan antara anjuran berkenalan atau mengenal sesama muslim dengan larangan-larangan agama seputar proses berkenalan tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan mencampuradukkan antara makanan halal dengan haram, dengan dalil karena manusiahidup harus makan, dan bahwa makan minum itu boleh dilakukan diluar puasa.
Kemudian dalam makna khusus proses pengenalan sesorang terhadap pria atau wanita yang akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai ta’aruf. Sebagai istilah ta’aruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal-hal yang memuat aplikasi dari hal-hal yang dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru hal-hal yang tidak baik atau dilarang. Sejauh yang kami tahu, ungkapan ta’aruf ini tidak pernah disebutkan sebagai istilah khusus sengan arti perkenalan antar dua orang berlainan jenis yang ingin menjajaki kecocokan sebelum menikah. Karena tak ada penggunaan istilah yang sama untuk makna tersebut, maka sekali lagi kata ta’aruf ini masih bebas dinilai. Dan karna bebas nilai inilah, maka aplikasi ta’aruf ini pun bisa ditarik ulur menjadi nilai-nilai yang dianjurkan atau bahkan diwajibkan, atau sebaliknya, justru menjadi nilai-nilai yang dilarang dan diharamkan.

RUKUN ISLAM DAN RUKUN IMAN

RUKUN ISLAM ADA 5 YAITU:

1. Mengucap dua kalimah syahadah.

Syahadat  ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.

2.Mendirikan Shalat
    
Shalat merupakan ibadah yang sangat agung kedudukannya dan
Shalat mendapat perhatian dan prioritas utama dalam Islam.
Keutamaan salat dan kedudukannya diantara ibadah-ibadah yang lain
telah dijelaskan dalam Islam. Ia merupakan sarana penghubung antara
seorang hamba dengan Tuhannya. Ia juga merupakan gambaran ketaatan
seorang hamba akan segala perintah Tuhannya.

3. Menunaikan zakat

zakat adalah kewajiban menyisihkan jenis
harta tertentu untuk disalurkan kepada sekelompok orang
tertentu pada waktu tertentu.


4. Berpuasa di bulan Ramadhan.

Puasa Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.

5. Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.

haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.



RUKUN IMAN ADA 6 yaitu:


    1. Iman kepada Allah

 Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal: Mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala. Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan menyerupakanNya.

    2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah

    Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada mereka.

   3.  Iman kepada Kitab-kitab Allah

    Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah ciptaanNya. karena kalam (ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur`an merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.

    4. Iman kepada Rasul-rasul Allah

    Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.

    5. Iman kepada Hari Akhir

    Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat) berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.

   6. Iman kepada Qada dan Qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk

    Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitupula perbuatan mereka adalah ciptaan Allah.

10 KEWAJIBAN BAGI SEORANG MUSLIMAH


1.Menjaga shalat 5 waktu dan melakanakannya diawal waktu. Shalat ini tidak boleh dilalaikan sebab ia merupakan rukun kedua dalam agama islam, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah merobohkan tiang agamanya sendiri. Selain shalat wajib seorang wanita juga dianjurkan untuk melaksanakan shalat-shalat sunat misalnya shalat sunat rawatib , shalat tahajud, shalat witir , shalat dhuha , shalat wudhu dan shalat-shalat sunat lainnya.
2.Melaksanakan rukun-rukun islam lainnya seperti puasa, zakat , dan haji jika mampu. Tiga rukun ini merupakan amalan yang sangat penting dan banyak pahalanya disisi Allah baik bagi laki-laki maupun wanita. Terkhusus ibadah haji sangat besar keutamaannya atas kaum wanita yang bisa melaksanakannya, sebagaimana dalam hadis bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam : Wahai Rasulullah ,apakah ada jihad untuk kaum wanita ?, beliau menjawab : “Ya, mereka memiliki jihad yang tidak ada peperangan didalamnya yaitu : Ibadah haji dan umrah” (HR Ahmad, dan Ibnu Majah ).
Ini menunjukkan ibadah haji bagi seorang muslimah sama dengan keluar berjihad memerangi orang-orang kafir , dan apabila ia wafat tatkala menunaikan haji tersebut, maka ia terhitung sebagai orang yang mati syahid. Hal ini disebabkan karena dalam ibadah haji atau umrah seorang wanita yang fitrahnya lemah dituntut untuk berjuang melaksanakan amalan yang tidak begitu ringan baginya.
Selain itu seorang muslimah juga disunatkan melaksanakan amalan-amalan sunat seperti banyak bersedekah,melaksanakan umrah, dan puasa sunat senin kamis, atau puasa 3 hari dalam sebulan. Khusus masalah sedekah ini Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah memotivasi kaum wanita untuk melakukannya dalam hadisnya… :
يا معشر النساء تصدقن فإني أريتكن أكثر أهل النار
Artinya : “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah, karena sesungguhnya diperlihatkan padaku (dalam mimpi) bahwa kalian adalah penduduk neraka yang terbanyak…” (HR Bukhari : 203)
3.Bagi yang telah menikah, diwajibkan baginya untuk mentaati dan memuliakan sang suami, berkhidmat kepadanya dengan penuh keikhlasan , dan tidak berbicara kasar atau durhaka terhadapnya. Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa salah satu sebab kenapa kaum hawa akan menjadi ahli neraka yang terbanyak adalah adanya kedurhakaan terhadap sang suami, sebagaimana dalam hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
أريت النار فإذا أكثر أهلها النساء، يكفرن» قيل: أيكفرن بالله؟ قال: ” يكفرن العشير، ويكفرن الإحسان، لو أحسنت إلى إحداهن الدهر، ثم رأت منك شيئا، قالت: ما رأيت منك خيرا قط
“Diperlihatkan kepadaku tentang surga, ternyata penghuninya yang paling banyak adalah kaum wanita, disebabkan mereka kufur”, Kemudian Rasulullah ditanya : Apakah karena mereka kufur terhadap Allah ?, beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami mereka, mereka kufur terhadap kebaikan (suami mereka), walaupun engkau (sang suami) berbuat baik kepadanya selama hidupnya, lalu ia melihat dirimu melakukan satu kesalahan saja maka ia berkata ; saya tidak pernah melihat kebaikanmu”. (HR Bukhari Muslim).
Adapun wanita yang mentaati suaminya maka ia adalah wanita yang paling utama ,dalam suatu hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ditanya : Wahai Rasulullah, wanita apakah yang paling utama ?,Beliau menjawab : “Yaitu wanita yang membuat suaminya senang ketika memandangnya, yang mentaati suaminya ketika menyuruhnya, dan tidak melakukan apa-apa terhadap dirinya dan harta suaminya kecuali atas seizinnya”. (HR Hakim).

4.Menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Diantara bentuk menjaga kehormatan diri adalah ;
1.Menjauhi zina dan hal-hal yang bisa menjerumuskan kedalamnya seperti pacaran dan pergaulan bebas. Allah ta’ala berfirman ;
وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina “ (Al-Isra’ ; 32).
2.Memakai jilbab syar’i dan menutup aurat serta tidak memperlihatkannya kepada orang yang bukan mahram. Adapun syarat menutup aurat adalah ;
a.Pakaian harusnya longgar dan kainnya agak tebal serta tidak ketat dan tipis agar tidak membentuk lekuk-lekuk tubuh.
b.Menutupi seluruh aurat tanpa terkecuali.
c.Tidak menyerupai pakaian laki-laki atau wanita-wanita kafir.
d.Warna dan wangi pakaian tidak terlalu mencolok.
Menutup aurat ini merupakan kewajiban yang telah banyak dilalaikan kaum muslimah, padahal dalam Al-Quran Allah telah memerintahkannya sebagaimana firmanNya ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٥٩
Artinya : “Wahai nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Ahzab ; 59)
5.Mendidik putra putri dengan pendidikan agama dan akhlak yang baik. Pendidikan anak ini sangatlah penting karena putera puteri kita merupakan nikmat sekaligus amanat dari Allah.Dalam hadis :
كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، الإمام راع ومسئول عن رعيته، والرجل راع في أهله وهو مسئول عن رعيته، والمرأة راعية في بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها
Artinya : “Setiap kalian adalah penanggungjawab, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban akan tanggungjawabnya, seorang pemimpin adalah penanggungjawab (bagi rakyatnya) dan akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, seorang suami adalah penanggungjawab bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, dan istri adalah penanggungjawab atas rumah suami (dan anak-anaknya) dan akan dimintai pertanggungjawaban atasnya..” (HR Bukhari dan Muslim).
Barangsiapa yang mendidik mereka dengan baik sehingga mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah maka ia telah menjalankan amanat ini dengan sebaik-baiknya, dan Allah akan menjadikan mereka sebagai salah satu sebab keselamatan orang tua diakhirat kelak. Bahkan anak yang shalih inilah yang akan menjadi tabungan pahala ayah ibu didunia ketika mereka telah wafat ,amalan shalih yang dikerjakan oleh sang anak senantiasa mengalir pahalanya kepada ayah ibu yang mendidiknya di alam kubur dan doanya untuk ayah ibunya sangat mustajab di sisi Allah ta’ala. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ;
“Jika anak Adam telah meninggal semua amalnya telah terputus (pahalanya) kecuali dari tiga ; sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat (yang ia pernah ajarkan) ,atau anak shalih yang selalu mendoakannya” (HR Muslim).
Sebaliknya jika orang tua melalaikan pendidikan sang anak ,kemudian ia tumbuh diatas maksiat dan dosa, maka tentu diakhirat kelak Allah akan memintai pertanggungjawaban orang tua / ibu ayahnya atas kelalaian mereka, dan menjadikan sang anak tersebut sebagai salah satu sebab kebinasaan dan masuknya keduanya dalam api neraka. Semoga Allah menjadikan putera-puteri kita sebagai orang-orang shalih dan shalihah. Aamiin.
Diantara contohnya ; mendidik mereka agar membiasakan shalat,puasa,dan sedekah sejak kecil, mengajarkan mereka aqidah dan akhlak yang benar, serta memperingatkan mereka dari bahaya sekte-sekte sesat seperti Syiah, Ahmadiyah,dan Islam jama’ah, melarang mereka dari pacaran, hura-hura dan pergaulan bebas.
6.Banyak berzikir mengingat Allah dan menjauhi ghibah.
Zikir sangat banyak manfaatnya bagi seorang muslimah, sebab dapat menenangkan hati dan menentramkan jiwa. Allah ta’ala berfirman :
أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
Artinya : “Ingatlah hanyalah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (Ar ra’d ; 28)
Selian itu juga, wanita yang terbiasa berzikir kepada Allah, akan membuatnya menjaga diri dari mengingat dan menyebut-nyebut aib orang lain atau menggunjing. Dulu wanita para salaf sangatlah menjaga dzikrullah,sehingga dikisahkan ada salah seorang wanita bernama Rabi’ah,tatkala ia menghidangkan makanan kepada suaminya,Ahmad Al Hawaary,ia berkata : “Wahai suamiku,makanlah makanan ini,karena sungguh makanan ini tidaklah masak kecuali dengan diiringi dzikir”.  
Adapun kebiasaan suka menggunjing (ghibah) maka ini adalah kebiasaan buruk yang banyak terjadi dikalangan para wanita, padahal Allah telah menyamakan orang yang menggunjing ini dengan pemakan bangkai sebagaimana dalam firmanNya ;
وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
Artinya : “..dan janganlah diantara kamu ada yang menggunjing sebagian yang lain.Apakah diantara kamu ada yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati ? tentu kamu merasa jijik dengannya…” (QS Al Hujurat ; 12)
7.Banyak bersabar dan tidak mudah mengeluh. Salah satu sifat dasar wanita adalah cepat mengeluh dan tidak sabaran karena adanya sifat lemah dalam dirinya. Sebab itu seorang muslimah seharusnya bisa mengendalikan dirinya ketika tertimpa musibah sehingga tidak melakukan larangan-larangan Allah ta’ala seperti cepat mengeluh, berteriak-teriak , menampar pipi, menyobek pakaiannya, atau perbuatan buruk lainnya yang menandakan adanya ketidaksabaran dalam dirinya. Dalam salah satu hadisnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memperingatkan : “Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipinya, mengoyak-ngoyak pakaiannya dan berteriak-teriak ala jahiliyah (ketika tertimpa musibah)” (HR Bukhari Muslim).

8.Senantiasa menjaga keikhlasan dalam setiap amalan, dan tidak beribadah kecuali sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Karena dua perkara ini (rasa ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi) merupakan syarat sahnya suatu amalan ibadah seorang muslim. Sebanyak apapun ibadah yang kita lakukan tapi kalau tidak dibarengi dengan hati yang ikhlas maka akan sia-sia belaka karena Allah hanya menerima ibadahnya orang-orang yang ikhlas, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda ; “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya ” (HR Bukhari Muslim).
Sebaliknya barangsiapa yang telah ikhlas namun ibadah yang ia lakukan ternyata tidak sesuai petunjuk Nabi, maka ibadahnya tersebut tertolak dan niat ikhlasnya tidak bermanfaat sama sekali. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda ; “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak sesuai dengan perkara kami (islam), maka amalannya tertolak” (HR Bukhari Muslim)
9.Selalu berakhlak baik dan berteman dengan muslimah yang baik-baik.
Seorang muslimah yang baik adalah yang bisa menjaga nilai-nilai islam dalam diri dan akhlaknya dalam bergaul, senantiasa bergaul dengan wanita yang baik-baik dan menjauhi wanita yang berperangai buruk karena teman yang buruk bisa saja menjerumuskan seorang muslimah dalam kemaksiatan dan dosa. Rasulullah bersabda ; “Setiap orang tergantung dari agama (akhlak) saudaranya, maka hendaknya kalian memilih siapa yang hendak dijadikan sebagai sahabatnya” (HR Muslim).
10.Mempelajari aqidah dan tauhid yang benar, serta menjauhi segala macam bentuk kesyirikan dan kekufuran.
Dengan menjaga hal-hal diatas serta konsisten melaksanakannya maka seorang wanita muslimah akan mendapatkan janji Allah dan RasulNya.
Allah ta’ala berfirman :
وَمَن يَعۡمَلۡ مِنَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ وَلَا يُظۡلَمُونَ نَقِيرٗا ١٢٤
Artinya : “Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman maka mereka itu masuk kedalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikitpun”. (An Nisa’ : 124)
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda ; “Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat 5 waktu, berpuasa ramadhan,menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya maka dihari kiamat kelak ia akan diseru ; masuklah engkau kedalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki” (HR Hakim).